Memilih Design Gorden UntukTema Ruangan

>> Monday, August 2, 2010

Aneka Gorden Tenun Pekalongan kerajinan ATBM interiorMenata rumah itu gampang-gampang susah. Ruangan boleh saja dipenuhi furnitur kelas satu. Namun, jika pemilik rumah tak lihai menatanya, keindahan dan harga mahal tak tampil optimal untuk menunjang interior.

Dalam desain interior, pemilihan tema dalam penataan ruang menempati porsi besar. “Penataan yang berantakan, clutter, dan tak memiliki kesatuan nada akan merusak keindahan interior keseluruhan,” kata Michael Adiwinoto, konsultan interior pada Sergio Arts, Sultan Iskandar Muda, Jakarta.

Menurut Michael, yang dibutuhkan untuk memperoleh penataan yang tepat adalah sedikit pemahaman dan kejelian menentukan tema interior. “Tak perlu memiliki kemampuan sangat tinggi untuk menemukan tema yang pas dalam memilih dan menempatkan furnitur, pemilik rumah hanya perlu sedikit jeli,” ujarnya.

Di dunia interior, ada beragam tema yang menjadi pilihan. Kebanyakan mengadaptasi pada perkembangan yang terjadi di dunia arsitektur dan tata ruang. Meski demikian, menurut Michael, seseorang tak perlu mencontek keseluruhan tema untuk mewujudkan penataan yang diinginkan. Sebab, “kepandaian memadu-padankan tema juga bisa mengoptimalkan keindahan interior ruangan.”

Dalam perkembangannya, tema desain interior terbagi menjadi sejumlah kelompok besar. Mulai dari yang paling klasik seperti gaya abad ke-18, dimana para pemahat dan tukang kayu mengalami masa kejayaannya di Inggris, gaya serba formal di masa Edwardian, hingga ke gaya country yang hangat, dan terakhir konsep urban living yang simpel. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri.

Untuk membantu pemilihan penataan, Anda bisa mempelajari detil masing-masing tema berikut. Anda tak perlu meniru seluruh gaya penataan. Yang paling penting, seperti kata Michael, Anda hanya perlu sedikit kejelian untuk memadukannya menjadi sebuah keindahan. Jika berhasil mewujudkannya, furnitur yang harganya tak terlalu mahal pun tak akan kalah indah dengan yang berharga hingga puluhan juta.

Soft Modern
Tema soft modern termasuk yang paling mudah diaplikasikan mengingat furnitur untuk menunjang penataan biasanya tak terlalu rumit, sederhana, dan hangat. Tema ini tak mengharuskan pemilik rumah untuk memperhatikan detil arsitektur yang rumit. Pilihan perabot lebih untuk menampilkan kesan hangat, simpel, dan membuat orang betah duduk berlama-lama.

Gaya soft modern banyak bermain dengan cahaya yang diperoleh dari lampu duduk dan lilin hias untuk menonjolkan kesan hangat. Permainan motif dan pola serta pemakaian wallpaper juga ditemui pada penataan gaya soft modern. Pemilik rumah bisa memadu-padankan pola, syaratnya warna yang dipakai harus lembut, mengarah pada warna pastel seperti biru muda, merah fuschia lembut, krem, ungu muda, atau warna-warna pupus.

Sedangkan motif yang banyak muncul pada tema ini adalah kotak-kotak kecil, flora halus, garis-garis atau motif catur kecil. Semuanya bisa dipadu-padankan. Aksen tambal sulam seperti motif patchwork juga menjadi pilihan dalam tema ini. Karpet dengan motif sulam timbul dengan warna lembut juga menjadi penunjang gaya yang serasi. Sebaliknya, karpet klasik dengan motif bunga-bunga besar ala Timur tengah justru dihindari pada tema ini.

Aksen dan detil yang tak terlalu rumit juga tampak pada pemilihan model gorden dan sofa. Tak ada renda-renda dan lipit-lipit yang rumit pada gaya ini. Untuk sentuhan akhir, rumah dengan tema soft modern biasanya dihiasi dengan vas yang dihiasi bunga serta lukisan dengan warna-warna lembut.

City Modern
Gaya ini sesuai dengan kondisi pemukiman perkotaan dan kehidupan orang masa kini yang kian ringkas. Ciri khasnya perabot yang lebih fungsional, ramping dan lurus, serta elegan. Pilihan warna juga menjadi hal yang penting dalam tema ini. Untuk menghilangkan kesan ramai dan sesak, warna hitam dan abu-abu menjadi pilihan utama.

Karena kesan ringkas yang ingin dimunculkan, rumah bertema city modern juga mengurangi detil pada furnitur. Selain itu, unsur kayu juga sebanyak mungkin dihilangkan dan diganti perabot dari bahan metal dan besi. Pilihan aksesori juga dibuat seminimal mungkin dan berkesan elegan. Peralatan penunjang yang dipilih juga berkesan canggih namun ringkas.

Tema ini cocok diterapkan pada rumah pasangan muda, baik yang tinggal di apartemen atau rumah model studio. Sayangnya, karena furnitur penunjang yang bergaya khusus dan serba modern, harga pun menjadi pertimbangan.

Traditional Elegance
Tema ini mengambil inspirasi dari abad 18, saat dimana interior menjadi simbol status sosial masyarakat. Di masa itu, perajin kayu dan tukang pahat tengah menikmati masa keemasannya. Tema ini bisa diterapkan pada rumah besar dengan langit-langit tinggi, jendela besar, dan ruangan yang luas. Warna-warna yang dipilih adalah kuning emas dan cokelat tua.

Karena sangat mengutamakan detil, furnitur biasanya penuh dengan ukiran, berkesan berat, dan mewah. Perabot berbahan jati Jepara yang berukiran adalah pilihan yang cocok untuk menegaskan tema ini. Gorden biasanya dipenuhi lipit dan renda dengan kesan bertumpuk. Tassel atau pengikat gorden sering dipakai untuk memberi sentuhan mewah. Biasanya, ruangan di dalam rumah juga ditutupi karpet mewah bermotif bunga atau sulur.

Leather Library Look
Tema library look ini muncul saat kaum terpelajar dan sastrawan menguasai dunia politik pada awal abad 19. Ruangan dipenuhi buku-buku tebal, lemari kaca dari kayu berpelitur dengan aksen emas, dan furnitur dengan warna cokelat dominan menjadi ciri khas gaya ini.

Kesan berat dan serius tampak dari pilihan warna dinding yang bercat warna gelap seperti cokelat, merah marun, atau hijau tua. Warna-warna ini biasa ditemukan pada sampul buku-buku tebal di masa itu. Ciri khas lainnya adalah kursi besar model Davenport dengan jok yang terbuat dari kulit.

Etnic Conservatory Style
Inilah gaya yang paling dekat dengan suasana Indonesia. Dengan furnitur berkesan etnik yang terbuat dari rotan, mulai dari kursi, meja, tempat tidur, hingga pot bunga, dan tebaran tanaman bambu-bambuan dan tanaman hijau lainnya, tema interior ini memberi kesan penghuninya berada di alam bebas. Warna yang menjadi pilihan adalah hijau terang, kuning gading, dan krem untuk mengesankan kedekatan dengan alam.

Untuk mengurangi kesan ramai pada ruangan, dinding ruangan umumnya dibiarkan polos sebagai latar belakang bagi tanaman yang dipajang di hampir seluruh penjuru ruangan. Lampu sorot yang bisa menjadi pilihan untuk menonjolkan tanaman yang ada dalam ruangan.

Victorian Values
Era Victoria, yang berlangsung pada periode antara 1837 hingga 1901 adalah masa dimana produksi massal berkembang pesat. Masyarakat di masa itu gemar mendandani rumah mereka dengan rajutan tangan, rimpel-rimpel pada gorden, dan taplak cantik berbordir. Kerajinan kaca, keramik berornamen, dan wallpaper dengan motif ramai berbunga-bunga.

Pada masa itu, kebudayaan Oriental juga memiliki pengaruh besar pada desain pada masa itu. Ini tampak pada interior di sejumlah istana Kerajaan Inggris. Sementara pengaruh budaya barat tampak pada karpet dengan motif-motif padat dan ramai khas Venesia dan Belgia.

Edwardian Period
Di era 1880-an, muncul reaksi menentang interior yang berkesan berat, gelap, dan terlalu mewah pada dekade sebelumnya. Orang-orang muda masa Victoria, yang dikenal dengan sebutan Edwardian, memilih desain yang lebih simpel dan ringan untuk rumah mereka. Warna-warna kayu yang gelap berpelitur diganti dengan warna pucat dari kayu ek, kenari, dan sycamore. Sedangkan pilihan cat biasanya lebih ringan dengan dominasi warna krem, putih, hijau muda, pink, dan kuning pucat.

Pengaruh paling besar pada masa itu berasal dari desainer masa Edwardian William Morris dengan gerakan Arts and Crafts yang menentang produksi massal gaya Victoria. Furnitur di masa Edwardian ini dibuat dengan tangan dan dengan sentuhan individu.

Pengaruh lainnya datang dari Ambrose Heal, yang menggagas desain furnitur yang lebih simpel dengan menonjolkan keaslian kayu. Selain itu, di masa itu muncul pula aliran Art Nouveau yang digagas oleh Liberty dengan motif cetak mewah dan teliti yang menjadi mahakarya di masa itu.

0 comments:

Post a Comment

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP